Selasa, 30 Desember 2014

Peringatan Tsunami Aceh ke-10

            Tanpa terasa 10 tahun sudah berlalu, kejadian gempa dan tsunami yang melanda Aceh. Bencana yang telah memporak- porandakan negeri Serambi Mekkah ini terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 pada pukul 8 kurang 1 menit waktu Indonesia bagian barat. Menyisakan kedukaan yang amat mendalam bagi masyarakat Aceh hingga saat ini. Tak heran setiap tahunnya masyarakat selalu mengadakan peringatan Tsunami dengan melakukan kegiatan seperti dzikir bersama serta aksi-aksi sosial lainnya dari berbagai kalangan masyarakat.
            Sudah 10 tahun, banyak sekali perubahan fisik Aceh hingga saat ini. Semakin menjamur bangunan-bangunan modern yang dulunya tidak ada. Aceh memang jauh lebih berkembang dari sebelum Tsunami terjadi. Entah ini berkah atau malah sebaliknya…
            Biasanya saat akan menjelang peringatan Tsunami, akan banyak sekali bermunculan wacana mengenai bencana ini. Dari beberapa pendapat teman yang saya temui di media sosial, beragam pemikiran mereka dalam mengingat kejadian tersebut.
“Andai saja Tsunami tidak pernah terjadi, apakah Nanggroe kita akan maju seperti ini, apakah kita menyadarinya?”.
            Mungkin bagi orang yang tidak mengalami kejadian langsung pada saat ini masih wajar untuk memberikan pertanyaaan ini bagi mereka. Akan tetapi sanggupkah kita menanyakan ini pada mereka yang kehilangan segalanya? Mereka yang kehilangan seluruh keluarganya, mereka yang hanya hidup sebatang kara, mereka yang mendambakan hidup bahagia dengan keluarga. Bagaimana jika mereka kembali bertanya, “Andai saja Tsunami tidak terjadi, apakah keluargaku bisa tetap hidup? Apakah aku tidak akan hidup sendiri dan bisa bahagia?”
“Bisakah kita berkata-kata dengan lebih realistis dan menjaga perasaan orang lain? “
“Apakah bagi kita lebih penting kemajuan ketimbang perasaan orang lain?”
“Bisakah kita menjaga perasaan orang lain sehebat kita menjaga perasaan kita?”
            Kita tidak berhak dan memang tidak mempunyai hak untuk menyalahkan Tuhan atas bencana ini. Karena kita percaya Ia punya rencana terbaik karena Ia lah Yang Maha Bijaksana. Bencana ini merupakan teguran dari-Nya atas kelalaian kita sebagai manusia. Kita yang terlalu lalai akan kepentingan dunia dan melupakan kepentingan akhirat. Kita yang selalu mengejar kemewahan hidup akan tetapi lupa untuk bersedekah. Kita yang belajar ilmu agama akan tetapi sulit mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari-hari. Kita yang lalai beribadah pada-Nya, Tuhan yang menciptakan kita. Maka wajarlah jika Ia marah dan memberikan kita peringatan.
            Harta yang bersifat sementara. Harta yang setiap waktu kita kejar dan kita kumpulkan bukanlah yang terpenting dalam hidup ini, semua ini milik-Nya tanpa terkecuali. Semua bisa diambil Nya kapanpun Ia mau. Kesombongan dan keangkuhan kita sebagai manusia tidak ada apa-apanya.
            “Jadikan tsunami sebagai peringatan kita untuk selalu berbuat kebaikan”
            Setiap cobaan pasti ada hikmahnya, tanpa terkecuali karena Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan adanya cobaan ini semoga kita menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi manusia yang selalu taat akan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

“Semoga Aceh Lon Sayang dapat sesegera mungkin meyempurnakan hukum Syariat Islam.”
“Semoga Allah SWT selalu meridhai kami, Semoga Allah SWT selalu menjaga dan melindungi kami, rakyat Aceh…”

Aamiin ya rabbal Alamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar