Dear Mei….
Apa kabarmu hari
ini? Adakah harimu menyenangkan?
Ada beberapa yang
ingin ku ceritakan padamu, tentang hari ini, tentang segala sesuatu yang
membuat hariku tiba-tiba menjadi menyebalkan.
Adakah kau tau
Mei?
Butuh banyak
sekali keyakinan hingga aku mampu bertahan dan meyakini diriku baikbaik saja. Ini sulit sekali
untukku, bahkan terlalu sulit.
Orang bilang
hidup itu sulit Mei, tapi aku tak percaya mereka. Bagiku hidup itu mudah, hanya
saja orang-orang bodoh itu mempersulit segala sesuatunya. Egokah sifatku Mei?
Ya , aku memang terlalu ego Mei, aku sadar aku
salah. Aku banyak membuang waktu untuk egoku yang sama sekali tak penting ini.
Masihkah aku dapat membenahinya Mei? Bantu aku.
Aku tau, tak ada
yang kebetulan di dunia ini, menjadi anak bungsu ayah dan ibu itu bukan suatu
kebetulan kan Mei? Aku tau benar itu. Aku punya kakak perempuan dan kakak
laki-laki yang sangat aku sayangi, aku tau Tuhan sangat mencintaiku,
terimakasih Tuhan .
Baik, karena saat
ini aku merasa dalam kegalauan yang luar biasa, aku akan menceritakan semua
padamu disini Mei, ditempat ini, maukah kau mendengarkanku? Setidaknya untuk
saat ini hanya kaulah yang aku percayai.
Yang dapat aku
tafsirkan kini aku sedang didalam masa kritis, coba bayangkan saja mei,
semangat yang telah ku pupuk dan ku sirami setiap hari meskipun hari hujan
tiba-tiba layu dan nyaris mati. Apa salahku
Mei? Tolong beri tau sebenarnya dimana letak salahku.
Setapak demi
setapak kujalani. Langkah kaki yang sempat terhenti, air mata yang selalu
tercucur ketika aku tak sanggup bertahan lagi mampu kulalui karena semangat
itu, tapi kini ia mulai layu. Apa yang harus aku lakukan? Aku sama sekali tidak
siap untuk menyerah.
Aku sempat
bertanya kepada Tuhan,
Tuhan kenapa kau
menciptakan manusia dengan sifatnya yang serakah? Kenapa tidak ada belas
kasihan sesamanya?
Pertanyaanku
dijawab Tuhan lewat kejadian keesokan harinya. Saat itu aku sedang berjalan
pulang dari kampusku. Saat itu aku melihat seorang bapak tua yang buta sedang
dituntun oleh anaknya pergi mengunjungi
saudaranya yang jarak rumahnya cukup jauh.
Aku memperhatikan
mereka dan tiba-tiba mataku berlinang.
Bahkan
dikondisinya yang seperti itu mereka masih memanfaatkan apa yang mereka punya,
tersenyum, mengunjungi saudara, saling berbagi, mencari rezeki yang halal,
bukankah itu bentuk syukur mereka?
Kau tau Mei
berapa banyak buku yang aku baca mengenai Syukur kepada Tuhan, tapi tak ada
satupun yang dapat aku mengerti. Mereka hanya bercuap-cuap sesuai opininya
tanpa aku mengerti apa yang sebenarnya mereka katakan. Namun setelah melihat
jawaban Tuhan atas pertanyaanku tadi sekarang aku benar-benar mengerti. Aku
hanya butuh melihat dunia lebih luas lagi dengan mataku. Aku tak bisa
menyalahkan semua manusia hanya karena ulah satu manusia saja. Karena Tuhan
punya banyak sekali hamba diluar sana yang punya pelajaran yang tak kan pernah
bisa kuduga. Terimakasih Tuhan
Kau tau Mei
berapa banyak dalam sehari kita harus bersyukur? Bagiku Mei setiap nafas yang
Tuhan berikan kau harus bersyukur, setiap menit, setiap detik bahkan lebih
kecil dari detik aku harus bersyukur Mei, aku harus bersyukur.
Kau tau Mei?disela-sela syukurku ini kadang aku
tak mampu menyembunyikan keluhanku. Aku tau aku salah Mei, tapi mohon ampuni
aku, bisakah kita anggap ini sebagai proses menuju pendewasaan diri Mei?
Umurku sudah
hampir duapuluh tahun Mei, aku tidak tau kapan Tuhan akan memanggilku, dalam
agamaku semua yang hidup akan mati dan kembali kepada-Nya, aku tau itu.
Orang dewasa itu
memang benar-benar rumit Mei, mereka hanya bisa memerintah seenak jidat mereka,
apakah itu sebuah azas pemanfaatan ataukah disaat mereka muda dulu mereka
diperlakukan seperti itu? Tapi aku janji Mei aku tak akan menjadi aeorang
dewasa yang seperti itu, aku akan melakukan apapun yang aku mau sendiri, selagi
aku dapat melakukannya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar