Selasa, 30 Desember 2014

How Are You Mei?

Dear Mei….
Apa kabarmu hari ini? Adakah harimu menyenangkan?
Ada beberapa yang ingin ku ceritakan padamu, tentang hari ini, tentang segala sesuatu yang membuat hariku tiba-tiba menjadi menyebalkan.
Adakah kau tau Mei?
Butuh banyak sekali keyakinan hingga aku mampu bertahan dan meyakini  diriku baikbaik saja. Ini sulit sekali untukku, bahkan terlalu  sulit.
Orang bilang hidup itu sulit Mei, tapi aku tak percaya mereka. Bagiku hidup itu mudah, hanya saja orang-orang bodoh itu mempersulit segala sesuatunya. Egokah sifatku Mei?
 Ya , aku memang terlalu ego Mei, aku sadar aku salah. Aku banyak membuang waktu untuk egoku yang sama sekali tak penting ini. Masihkah aku dapat membenahinya Mei? Bantu aku.
Aku tau, tak ada yang kebetulan di dunia ini, menjadi anak bungsu ayah dan ibu itu bukan suatu kebetulan kan Mei? Aku tau benar itu. Aku punya kakak perempuan dan kakak laki-laki yang sangat aku sayangi, aku tau Tuhan sangat mencintaiku, terimakasih Tuhan .
Baik, karena saat ini aku merasa dalam kegalauan yang luar biasa, aku akan menceritakan semua padamu disini Mei, ditempat ini, maukah kau mendengarkanku? Setidaknya untuk saat ini hanya kaulah yang aku percayai.
Yang dapat aku tafsirkan kini aku sedang didalam masa kritis, coba bayangkan saja mei, semangat yang telah ku pupuk dan ku sirami setiap hari meskipun hari hujan tiba-tiba layu dan nyaris mati. Apa salahku  Mei? Tolong beri tau sebenarnya dimana letak salahku.
Setapak demi setapak kujalani. Langkah kaki yang sempat terhenti, air mata yang selalu tercucur ketika aku tak sanggup bertahan lagi mampu kulalui karena semangat itu, tapi kini ia mulai layu. Apa yang harus aku lakukan? Aku sama sekali tidak siap untuk menyerah.
Aku sempat bertanya kepada Tuhan,
Tuhan kenapa kau menciptakan manusia dengan sifatnya yang serakah? Kenapa tidak ada belas kasihan sesamanya?
Pertanyaanku dijawab Tuhan lewat kejadian keesokan harinya. Saat itu aku sedang berjalan pulang dari kampusku. Saat itu aku melihat seorang bapak tua yang buta sedang dituntun  oleh anaknya pergi mengunjungi saudaranya yang jarak rumahnya cukup jauh.
Aku memperhatikan mereka dan tiba-tiba mataku berlinang.
Bahkan dikondisinya yang seperti itu mereka masih memanfaatkan apa yang mereka punya, tersenyum, mengunjungi saudara, saling berbagi, mencari rezeki yang halal, bukankah itu bentuk syukur mereka?
Kau tau Mei berapa banyak buku yang aku baca mengenai Syukur kepada Tuhan, tapi tak ada satupun yang dapat aku mengerti. Mereka hanya bercuap-cuap sesuai opininya tanpa aku mengerti apa yang sebenarnya mereka katakan. Namun setelah melihat jawaban Tuhan atas pertanyaanku tadi sekarang aku benar-benar mengerti. Aku hanya butuh melihat dunia lebih luas lagi dengan mataku. Aku tak bisa menyalahkan semua manusia hanya karena ulah satu manusia saja. Karena Tuhan punya banyak sekali hamba diluar sana yang punya pelajaran yang tak kan pernah bisa kuduga. Terimakasih Tuhan
Kau tau Mei berapa banyak dalam sehari kita harus bersyukur? Bagiku Mei setiap nafas yang Tuhan berikan kau harus bersyukur, setiap menit, setiap detik bahkan lebih kecil dari detik aku harus bersyukur Mei, aku harus bersyukur.
Kau  tau Mei?disela-sela syukurku ini kadang aku tak mampu menyembunyikan keluhanku. Aku tau aku salah Mei, tapi mohon ampuni aku, bisakah kita anggap ini sebagai proses menuju pendewasaan diri Mei?
Umurku sudah hampir duapuluh tahun Mei, aku tidak tau kapan Tuhan akan memanggilku, dalam agamaku semua yang hidup akan mati dan kembali kepada-Nya, aku tau itu.
Orang dewasa itu memang benar-benar rumit Mei, mereka hanya bisa memerintah seenak jidat mereka, apakah itu sebuah azas pemanfaatan ataukah disaat mereka muda dulu mereka diperlakukan seperti itu? Tapi aku janji Mei aku tak akan menjadi aeorang dewasa yang seperti itu, aku akan melakukan apapun yang aku mau sendiri, selagi aku dapat melakukannya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar